Sabtu, Juli 04, 2020

Bertemu Ayah dan Ibu di Dunia Mimpi

Mimpi Bertemu Almarhum Ayah dan Ibu. 


Malam ini saya terbangun dari mimpi. Saya bertemu dengan ayah dan ibu yang telah tiada di alam mimpi. Tentu saja saya senang sekali. Sudah lama tak bertemu mereka selama ini. 

Ayah dan ibu sehat semuanya. Mereka tinggal dalam rumah besar dan bahagia. Saya diajaknya keliling kota naik kereta di Purwakarta. Lucunya nama kereta Primajasa. Nama bus yang melewati Purwakarta bila kita ingin ke Bandung lewat jalur biasa. 

Saya terbangun karena mendengar suara adzan. Saya pikir waktu sholat subuh sudah tiba. Begitu lihat jam di dinding kamar, ternyata baru setengah tiga pagi. 

Rupanya di kota Bandung,  ada adzan sebelum subuh dari masjid.  Maksudnya membangunkan orang yang ingin sholat tahajud. 

Saya pun langsung ke kamar mandi. Ambil air wudhu lalu sholat tahajud.  Bunda Sri Utami di Solo juga mengirimkan  pesan di WA seperti biasa. Tahajud yuk!, katanya.

Usai sholat saya berdoa.  Semoga almarhum ayah dan ibu diampuni semua dosanya dan diterima segala amal ibadahnya. 

Menjadi anak yatim piatu itu tidak enak. Untunglah saya menjadi yatim piatu setelah menikah di Bandung.  Waktu itu ayah dan ibu masih sehat dan segar bugar. Mereka terlihat sangat bahagia dan bangga menikahkan anaknya di Gedung Padepokan Seni Bandung.

Ibu meninggal karena darah tinggi. Ayah meninggal karena diabetes. Kedua penyakit ini sekarang menghinggapi diri ini. Pola makan harus dijaga, isturahat yang cukup, banyak berolahraga. dan jangan banyak pikiran kata dokter. Nikmati hidup apa adanya. 

Memang harus saya akui.  Malam ini lelah sekali. Saya langsung terbang ke dunia mimpi. Kelas guru menulis sudah dikerjakan oleh para narsum dan tim hebat. Saya tinggal mengawasi saja jalannya acara. 

Anak saya Intan mengambilkan saya segelas air putih hangat. Alhamdulillah enak di tubuh tambun ini. Intan melanjutkan tidurnya. Saya memilih menulis untuk bercerita bertemu ayah dan ibu. 

Ya Allah pertemukan kami kelak. Cabutlah nyawa hamba dalam keadaan Khusnul Khotimah. Jadikan hamba anak yang sholeh. Seorang anak yang selalu mendoakan orangtuanya yang telah tiada. 

Saya menangis sesunggukan. Ingat ayah dan ibu. Kangen ingin bertemu ayah dan ibu. 

Waktu itu ibu memegang perut istri saya yang sedang mengandung. Mendoakan agar lahir anak yang cantik dan baik. Intan lahir tanpa dilihat neneknya. Innalillahi wainnailaihi rojiun.

Ayah ikut melihat Intan besar. Tujuh tahun kemudian adiknya Berlian lahir. Ayah yang memberi nama anak anak saya.  Intan dan Berlian. Katanya biar kamu kaya karena punya Intan dan Berlian.

Ayah meninggal di rumah sakit Muhammadiyah Cempaka Putih.  Malam itu ayah terlihat sehat. Tak ada tanda tanda beliau akan berpulang. Saya yang menemani ayah di hari terakhirnya. Ayah meninggal dengan mengucap kalimat dua kalimat syahadat. Wajahnya tersenyum dan kami menangis. Innalillahi wainnailaihi rojiun.

Sedih kalau ingat hari itu.  Kami memandikan jenazahnya di rumah sakit. Ayah dikuburkan satu makam dengan ibu. Taman Pemakaman Umum Pondok Malaka Jakarta Timur, menjadi tempat peristirahatan mereka. 

Malam ini saya bertemu mereka lagi walaupun hanya dalam mimpi. 

Saya teringat pesan bapak kyai Basrah Lubis. Guru mengaji kami. Ada tiga amalan yang bagus. Pertama, Doa anak yang sholeh dan terus menerus mendokan kedua orang tuanya yang telah tiada. Kedua shodaqoh jariah yang senantiasa berbagi rezeki kepada sesama. Ketiga berbagi ilmu yang bermanfaat. 

Waktu telah menunjukkan pukul 03.24 Wib di kota Bandung. Kalau saya tidur lagi, takutnya sholat subuh kesiangan. Saya putuskan untuk membaca kitab suci Al Quran untuk menenangkan diri. 

Bertemu ayah dan ibu membuat saya bahagia sekali pagi ini.  Semoga saya bisa seperti mereka. Ayah dan ibu selalu berbuat baik kepada sesama sepanjang hidupnya. 

Masih saya ingat ketika ibu wafat. Banyak sekali yang mengantarkan ibu ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Tujuh tahun kemudian ayah menyusul dan menyatukan cinta mereka kembali di alam kubur. Setiap pulang mengajar, saya sempatkan untuk mampir ke makam ayah dan ibu. Namun, semenjak wabah Corona yang semakin merajalela di Jakarta, saya belum pernah menengok makam ayah dan ibu. Mungkin karena itu mereka mengunjungi saya di dunia mimpi. 

Hidup di dunia hanya sementara. Akan ada hidup sesudah mati. Persiapkan diri menghadapi kematian. Quran dan sunah jadikan panduan agar kita tidak tersesat jalan. 


Salam Blogger Persahabatan

Omjay
Guru Blogger Indonesia 
Blog http://wijayalabs.com

Tidak ada komentar: